}

Kamis, 31 Maret 2011

BURN YOUR FAT

0 komentar
 Burn Your Fat yang sering kita panggil BYF ini berasal dari otak seorang bocah yang bernama jaja dengan temannya mereka ingin bermusik dan ber petualang ke dunia yang lebih lua dan berhubung pada saat itu cuaca panas dan ada seorang yang berbadan melebihi kapasitas sehingga udaranya semakin pana pokoknya panas dan jaja akhirnya mendapatkan suatu nama "Burn Your Fat" dan Jaja yang seorang diri bertemu dengan firas rangga lalu mereka bertemu ilham dan ceel dan membakar musik dengan bahagia . the end but the band will be a long story !
berawal dari 3 orang anak yang berniat membuat band untuk mengisi waktu luang(jaja, firas, rangga) namun karena bertemu dengan seorang ilham band ini pun mulai berjalan dengan nama burn your fat, dan single "mendesah!"
burn your fat adalah sekumpulan pemusik dari sman 1 jakarta, dan siap untuk menggebrak permusikan indonesia

GENRE :

Post Punk / Punk

CONTACT PERSON:

(02140917435)=Batak

OUR SONG:

-MENDESAH!

-MERENDAH UNTUK MENINGGI

-FRIENDSHIP

-KU TERIAK KAU BERSORAK (PROCESS)

Myspace :
http://www.myspace.com/burnyourfat

Twitter :
http://www.twitter.com/burnyourfat












GIANT

0 komentar
GIANT terbentuk 8 tahun lalu di Jakarta pada tahun 2002. Beranggotakan Rizky Syahputra pada Vokal, Rian Siahaan sebagai Lead Guitar, Keyko pada Rhythm Guitar, Renato Ramadhan pada Bass, dan Arief Darusalam pada Drum. Dalam perjalanannya, GIANT mengalami banyak perombakkan formasi seperti perubahan formasi pada rhythm guitar, bass, dan drum.

GIANT sendiri memiliki makna dalam, dimana kami yang pada saat itu rata2 personelnya berumur sekitar 16 tahun, ingin sekali mempunyai andil besar di dunia rock Indonesia maupun internasional.

Dikarenakan pengetahuan yang terbatas tentang dapur rekaman, panggung, sound, musikalitas dan lain2, membuat GIANT akhirnya tidak kemana2, bahkan kami tidak sempat merekam 1 lagupun yang padahal materinya sudah ada dan cukup untuk merekam 1 full album. Dengan berbagai faktor penyebab, akhirnya GIANT memutuskan untuk vakum mulai tahun 2005.

Akhir 2010, personel GIANT ditengah kesibukannya masing masing, diantaranya Rizky sebagai vokalis band thrash metal bernama GIGANTOR, Rian dengan GEARBOXX, Renato dengan SPACE CADET, dan begitu juga dengan personel lainnya dengan bandnya masing2, mencoba untuk berkumpul kembali sesudah terpisah 5 tahun semenjak 2005 untuk menggali impian lama yang telah terkubur, menjadi band ROCK besar seperti yang diimpikan setelah hampir 8 tahun terakhir ini.

Dengan segenap kekuatan, doa, dukungan orang2 sekitar, dan alkohol tentu saja, GIANT bersiap untuk menggali lagi karya2 lama untuk dijadikan materi album kami di masa depan. Amin! Hehehe.

Proses penggalian kembali total 10 lagu yang telah kami tulis mulai 2002-2005, telah dimulai. Kami tidak dapat memastikan tanggal kembalinya GIANT dan rilisnya debut album kami, but be prepared, when we start to rock we'll never stop again!

Rabu, 30 Maret 2011

FIXIE TERMAHAL DI DUNIA

0 komentar
Sepeda Fixie seharga 1 Milyar, Mau?. Ini dia, sepeda fixie termahal di dunia. Namanya Aurumania Gold Bike Crystal Editions, Sepeda Fixie ini dibandrol seharga $ 102.418, nyaris mencapai 1 Milyar. Sepeda Fixie termahal di dunia ini dibuat dengan tangan, berlapis emas 24 Karat, dan dihiasi sekitar 600 Swarovski crystals. Pada bagian handle grips dan sadle nya dilapisi kulit premium yang dijahit tangan. Berikut Foto Sepeda Fixie Termahal di Dunia :






SEDIKIT TENTANG FIXIE

0 komentar
Fixed Gear: Primitif Tapi Trendy
Sepeda fixed gear di mana-mana. Sepeda dengan ketidakmampuan untuk meluncur sendiri tanpa pedal berhenti berputar ini, makin merajalela di kota-kota besar di Indonesia. Mulai yang menggunakannya untuk alat transportasi atau olahraga, hingga yang menjadikannya fashion statement.
Sebenarnya, apa itu sepeda fixed gear, dan kenapa bisa menjadi sedemikian populernya di seluruh dunia?

Sejarah Singkat
Sebetulnya, sepeda fixed gear adalah bentuk paling “primitif” dari sebuah sepeda. “Anda bisa menambahkan apa saja pada sebuah sepeda, tapi akan ada saatnya di mana anda tidak bisa mengurangi komponen sebuah sepeda tanpa menghilangkan fungsi dasarnya. Itulah fixed gear,” kata Graeme Obree, pemegang rekor Hour Record dari Inggris.
Pada awalnya, semua sepeda nggak punya rantai. Entah dikayuh dengan kedua kaki macam otopet, atau memiliki pedal yang langsung terhubung ke as roda, sehingga tiap kayuhan kaki langsung memutar roda sepeda. Kelemahan dari teknologi ini, bila kita menginginkan sepeda berjalan lebih jauh tiap satu putaran pedal, berarti diameter roda harus dibuat sebesar mungkin. Batas diameter yang mungkin adalah dua kali panjang kaki pengendaranya, dan sepeda dengan roda sebesar itu sangat nggak stabil pengendaliannya. Bahaya.
Selanjutnya, kelemahan ini diatasi dengan menggunakan diameter roda yang tidak begitu besar untuk mengurangi bahaya. Untuk membuat sepeda berjalan lebih jauh setiap satu putaran pedal, maka digunakan mekanisme roda gigi dan rantai yang bisa diset dengan rasio tertentu. Ya, mirip dengan sepeda yang kita lihat sekarang.
Pada saat itu, posisi roda gigi belakang (yang terhubung ke roda belakang) adalah tetap, atau fixed. Tiap putaran pedal akan memutar roda, dan begitu pula sebaliknya. Nah, inilah yang disebut fixed gear, atau bahasa sininya “doltrap”. Karena bentuk sistem penggerak ini masih dianggap berbahaya untuk mayoritas orang, maka selanjutnya dikembangkanlah mekanisme freewheel, yang memungkinkan sepeda meluncur sendiri meskipun pedal berhenti dikayuh, atau coasting.

Dari Velodrom ke Jalanan
Sepeda fixed gear, awalnya murni digunakan untuk perlombaan di velodrom, atau kompetisi track bike. Memang, momentum yang dihasilkan dari putaran roda fixed gear akan sangat membantu pembalap untuk mencapai kecepatan setinggi-tingginya, tapi karena resiko bahayanya maka penggunaan fixed gear untuk kompetisi akhirnya dibatasi di velodrom.
Mari kita loncat sejenak ke New York. Ibukota trendsetter dunia.
Jauh sebelum faksimili, jaringan internet, dan telepon selular, keberadaan kurir atau messenger untuk mengantar dokumen di distrik bisnis New York adalah sangat vital. Berhadapan dengan kemacetan lalu lintas, awalnya para messenger ini memilih untuk berjalan kaki, atau naik bus atau subway. Kultur bersepeda belum terlalu populer waktu itu, tenggelam di tengah kecintaan masyarakat Amerika pada mobil dan bahan bakar fosil.
Hingga kemudian beberapa messenger imigran dari Jamaika yang memiliki latar belakang sebagai atlet track bike di negara asalnya terpikir untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Selain minus biaya karena minim perawatan (dengan sepeda track yang notabene fixed gear, tidak perlu khawatir akan kerusakan freewheel, derailer, atau rem. Karena memang nggak ada semua), bebas macet, dan jauh lebih cepat melibas kemacetan dibanding menunggu bus atau berjalan kaki. Walaupun kini tidak semua bike messenger menggunakan sepeda fixed gear, namun messenger yang menggunakan fixed gear memiliki status sosial lebih tinggi di mata sesama messenger.
Sebagai komunitas, tentunya para messenger ini memiliki pola sub-kultur tersendiri. Kehidupan mereka yang bebas, tidak terikat pada norma masyarakat “normal”, serta profesi yang menantang dan memicu adrenalin ini menarik perhatian kalangan hipster “gaul” yang mulai tertarik bersepeda, seiring merebaknya popularitas bersepeda di seluruh dunia kurang lebih pada pertengahan dasawarsa yang barusan lewat. Para hipster modis yang melek internet ini menjadikan fixed gear sebagai bagian dari fashion statement, terutama karena biasanya sepeda yang dipakai para messenger itu simpel (ya, karena nggak ada apa-apanya, rem aja nggak ada) namun dibuat sangat personal melalui pilihan warna dan komponen yang sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Selanjutnya, trend baru ini dibaca oleh kalangan di dunia fashion dan apparel, dan dengan bantuan internet… menyebarlah virus baru ini ke seluruh dunia.

Kok Bisa Sampai ke Indonesia?
Terima kasih kepada internet, akhirnya virus ini menyebar pula di Indonesia khususnya pada setahun belakangan ini.
Diawali dari Jakarta saat beberapa member sebuah forum khusus sepeda terbesar di Indonesia mulai saling “meracuni” dengan gambar-gambar sepeda fixed gear yang ditemukan di internet. Waktu itu, belum ada yang berani untuk membangun sepeda fixed gear, mengingat perbedaan kondisi lalu lintas Jakarta dan New York. Belum lagi keterbatasan parts yang ada di pasaran. Tapi tak butuh waktu lama untuk para pelopor ini untuk membangun fixed gear masing-masing, berbekal road bike uzur, parts akal-akalan, dan ilmu dari internet.
Tidak jauh berbeda dengan negara asalnya, di Indonesia pun penggunaan fixed gear dapat dibagi dalam beberapa klasifikasi. Yang getol ngebut, yang senang nge-trick (terutama untuk penggemar yang memiliki latar belakang skill BMX atau trials, atau kebanyakan nonton Youtube), yang biasa-biasa saja tapi gemar jalan jauh, minimal untuk commuting sehari-hari, yang murni melihat sepeda ini sebagai fashion statement (dengan kata lain, doyan dandan), dan gabungan dari beberapa klasifikasi di atas. Tiap kota besar, kecenderungannya pun berbeda. Misalnya, karena akses yang terbuka, anak-anak Jakarta bisa dibilang terdepan soal masuknya barang baru dari luar negeri. Atau betapa komunitas fixed gear di Bandung lebih terkenal karena custom frame bikinan sendiri serta variasi trik dan “kecongkakan” skill yang dimiliki (coba cek fixgearcongkak ), lalu barang-barang track bike yang tergolong vintage yang jadi ciri khas anak-anak Jogja, dan lain-lain.
Yang jelas, penggemar fixed gear tulen umumnya disatukan oleh satu tujuan. Karena gemar bersepeda, dan merasakan sensasi (dan resiko bahaya) yang berbeda dari sepeda “biasa”.

Mau Dong ikut ketularan
Pengin ikut ketularan virus juga? Nah. Ini ada beberapa hal yang harus diperhatkan untuk bisa ketularan virus fixed gear. Nggak mudah, tapi juga nggak sulit. Sederhana, tapi penuh kontemplasi.
Komitmen
Lah. Syarat pertama bukannya bisa naik sepeda? Iya. Selain itu, ada yang lebih penting lagi, yaitu komitmen.
Komitmen di sini berkaitan seberapa perhatiankah kita pada kemampuan kita sendiri. Mawas diri, lah. Memang sih, salah satu daya tarik fixed gear adalah kesan minimalis yang didapat dari minimnya komponen yang terpasang, tapi kalau handling skill nggak terlalu mumpuni, ya jangan berani-beraninya ikut-ikutan nggak pakai rem. Ingat, freewheel diciptakan untuk mengurangi resiko bahaya yang terdapat di sepeda fixed gear, jadi kesimpulannya adalah sepeda fixed gear lebih berbahaya dibanding sepeda “biasa” yang menggunakan freewheel.
Pasanglah rem. Minimal depan. Urusan nantinya terpakai atau tidak, itu belakangan. Pokoknya ada dulu. Nanti, bila suatu hari skill dirasa sudah cukup mumpuni, terserah kalau itu rem mau dilepas. Tapi ingat, lakukan dengan pertimbangan matang dan rasa tanggung jawab. Bila sudah berkomitmen untuk melepas rem, segala yang terjadi setelahnya adalah tanggung jawab sendiri.
Selanjutnya, beda sama sepeda “biasa” yang mungkin udah ada di garasi atau di ruang tamu yang bisa ganti rasio gigi sesuai kebutuhan, di sepeda fixed gear cuma ada satu percepatan. Ya itu, rasio yang merupakan perbandingan antara ukuran chainring dan cog yang kita pilih. Apapun medannya, tanjakan atau turunan, macet atau lancar, kita akan terikat di pilihan rasio itu. Makanya pemilihan rasionya harus disesuaikan dengan kebutuhan, dan kemampuan.
Terus, ukurannya jadi berapa? Biasanya untuk penggunaan jalan raya, rasio yang bisa dipakai adalah 65 gear inches. Untuk ukuran roda 700c, bisa gunakan chainring 46 mata, dipadu cog 18 mata. Kalau terasa terlalu enteng? Ya sudah, dibuat lebih berat saja, dengan memperbesar ukuran chainring atau memperkecil ukuran cog. Begitu pula sebaliknya.
Sepedanya
Ya iya lah. Pertanyaannya, sepeda fixed gear itu perlu sepeda khusus nggak sih?
Dikembalikan lagi pada definisi dasarnya, maka terlihat bahwa sebenarnya hampir semua sepeda bisa dijadikan sepeda fixed gear. Entah itu road bike, MTB, hybrid, sepeda lipat, BMX, sebut aja deh. Soalnya, inti ke-fixed gear-an sebuah sepeda adalah di sistem penggeraknya, khususnya hub belakang yang fixed alias nggak punya mekanisme freewheel.
Lalu kenapa sepeda fixed gear identik dengan ban kurus 700c serta geometri track bike atau road bike? Jawabannya, dulunya sepeda fixed gear berangkat dari kultur track bike, dalam hal ini sepeda track yang dipakai di jalanan. Sebenarnya ada pertimbangan lain juga, yaitu karena ban kurus 700c dan geometri road/track bike itu sesuai dengan medan yang dihadapi, dalam hal ini jalanan di lingkungan urban. Logikanya, kalau kita cuma punya satu pilihan rasio gigi, tentunya kita ingin sepeda kita jadi seefisien mungkin, dong. Roda yang kurus itu akan membuat rolling resistance ke aspal jadi minimal, sehingga tenaga yang kita keluarkan tidak terbuang percuma.
Jadi kalau misalnya kita mau mengubah MTB jadi fixed gear? Nggak masalah, bisa-bisa aja. Bahkan setelah dijadikan fixed gear, MTB itu masih bisa dipakai off-road, kok.
Teknik/Skill
Terkait resiko bahayanya, maka jangan lupa pakai peralatan keselamatan. Helm yang bagus, sepatu, dan lain-lain. Ingat, menggunakan helm tidak mengurangi resiko terjadinya kecelakaan, tapi mengurangi resiko akibat cedera kecelakaan.
Pertanyaan klasik tiap kali melihat sepeda fixed gear tanpa rem: ngeremnya gimana? Nah. Pengereman pada sepeda fixed gear yang brakeless, sepenuhnya mengandalkan kekuatan kaki untuk menahan putaran roda belakang. Ada beberapa teknik, tapi teknik dasarnya ya itu.
Kedengaran lebih mudah diucapkan daripada dilakukan? Memang iya. Terutama pada kecepatan tinggi, di mana momentum putaran roda belakang sudah terlalu besar untuk ditahan kaki. Dalam kondisi ini ada kemungkinan kaki terlepas dari pedal, dan itu sangat bahaya karena ada kemungkinan betis atau kaki “ditabok” pedal atau crank arm dari belakang. Untuk menghindarinya, maka penggunaan foot retention atau mekanisme untuk menjaga agar kaki tetap berada di pedal adalah sangat penting. Bentuknya bisa toe clip/straps atau tali pedal yang biasa ditemui di road bike jaman dulu, atau pasangan sepatu dan pedal clipless.
Selanjutnya, berbelok. Karena pedal akan ikut berputar seiring putaran roda belakang, maka saat kita memiringkan sepeda saat berbelok, tak ada kesempatan untuk menjaga pedal agar tetap berada di posisi jam 3 dan jam 9. Dengan kata lain ada resiko pedal mentok ke aspal (pedal strike), terutama pada sepeda fixed gear yang dibangun dari rangka road bike, yang biasanya bottom bracket shell-nya lebih dekat ke aspal dibanding track bike. Resiko lain, pedal bisa juga mentok ke roda depan saat berbelok patah (toe overlap). Lagi-lagi biasanya terjadi pada sepeda fixed gear yang merupakan konversi dari road bike, yang punya jarak sumbu roda lebih pendek dibanding track bike.
Tapi apakah naik fixed gear sesulit itu? Nggak juga, sih. Bisa dipelajari. Dan ingat, selama proses belajar itu, jangan ngelepas rem dulu. Atau cuma pakai rem belakang, itu sih sama aja bohong. Untuk memberhentikan sepeda secara efektif, nggak ada yang mengalahkan dahsyatnya rem depan. Biasakan juga untuk mengasah kemampuan untuk memprediksi jalur yang akan diambil di tengah lalu lintas jalan raya, untuk menghindari keharusan berbelok patah.
Kalau sudah ketemu selahnya, bersiaplah untuk jadi kecanduan bila sudah mulai bisa menikmati sensasi bersepeda fixed gear.

FPI BUKAN INGIN MEMBUBARKAN KOMUNITAS MUSIK UNDERGROUND

0 komentar
Belum lama Media Asing “Al-Jazeera” memunculkan berita tentang Dewan Revolusi Islam (DRI) hingga menghebohkan seantero nusantara, berita tersebut meyakinkan bahwa Front Pembela Islam (FPI) berada dibalik rencana kudeta yang matang, parahnya juga dikait-kaitkan dengan Tragedi Ahmadiyah belum lama ini terjadi di berbagai wilayah di Indonesia yang sangat menyudutkan FPI.
Namun belum lama berita itu muncul, senin lalu (21/3) Media Portal Asing “The Jakarta Post” kembali memuat berita palsu tentang pergerakan FPI ke dunia musik underground disaat publik masih panas dengan kampanye Pembubaran Ahmadiyah, yang memang didominasi oleh gerakan ormas-ormas Islam seperti FPI. Berita ini dinilai sebagai berita fitnah yang sangat menyesatkan umat.
Berita yang berjudul “FPI sets its eyes on underground music” yang di muat di halaman HEADLINES cukup menarik perhatian publik, dengan menuduh FPI yang berniat mengadakan perlawanan terhadap musik underground yang membuat munculnya beragam pernyataan, tudingan, kecaman, pro dan kontra tidak lama setelah berita ini di publish ke dunia maya. Melalui berita ini pula banyak sekali anggota komunitas underground menjadi salah paham dan mengambil kesimpulan bahwa FPI akan membubarkan komunitas Underground.
Dituliskan bahwa anggota senior FPI yang dinilai sebagai ahli musik Islam, yang bernama Budi Fahri Farid menduga adanya gerakan mengaburkan ajaran Islam dengan berbagai aliran musik underground.
Padahal nyatanya, setelah ditelusuri lebih dalam, sepanjang Struktur Organisasi DPP - FPI dari dulu hingga kini tidak pernah ada yang bernama Budi Fahri Farid ahli musik Islam seperti yang disebutkan. Hal ini menguak kenyataan bahwa berita yang diangkat “The Jakarta Post” adalah fiktif dan menyudutkan dengan menuliskan bahwa FPI akan mengincar pembubaran dunia musik underground.
DPP – FPI memang mengadakan seminar mengenai realita perang pemikiran di komunitas musik underground, seminar ini berlangsung saat pengajian rutin rabu malam (16/3) di Majlis Ta’lim Silaturahmi Al-Jabhah yang bertempat di Mesjid Al-Ishlah Jl. Petamburan Raya 3 Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Namun seminar ini bukan bermaksud untuk mengajak umat untuk memberikan perlawanan terhadap musik underground, seperti yang dituliskan “The Jakarta Post”. Justru sebaliknya, yang disampaikan dalam seminar ini adalah sejumlah paparan informasi bahwa musik underground saat ini sebagian didominasi oleh intrik Zionis namun hal ini juga menjadi pemicu beberapa komunitas musik underground untuk bangkit dan berbalik melawan konspirasi Zionis lewat musik underground.
Dalam seminar ini menghadirkan pembicara dari Komunitas GHURABBA MILITANT TAWHEED, sebuah komunitas musik underground yang menjadikan musik sebagai sarana dan alat dakwah untuk menyampaikan Islam ke para penggemar musik cadas di komunitas tersebut, yang dipelopori oleh band Rock indie label The Roots Of Madinah. Pembicara tersebut adalah Thufail Al-Ghifari salah satu rapper yang cukup dikenal di komunitas underground dan hiphop local sekaligus vokalis dari band The Roots Of Madinah.
Thufail Al-Ghifari mengupas tuntas mengenai musik underground yang pada awalnya lahirnya bertujuan sebagai kontra kultur dalam industri musik mainstream yang telah banyak berkembang, namun saat ini aliran musik ini justru ditunggangi oleh Zionis dengan menjauhkan pemuda-pemuda dari sendi kehidupan agamanya melalui pengidolaan figur figur yang kontra islam, dan syair syair lagu yang mendoktrin pemahaman kontra islam.
“Para musisi ini kebanyakan menjalankan misi Zionis tanpa mereka sadari. Kita tidak bisa mengatakan bahwa anak underground itu sesat, atau anak underground itu agen zionis karena konspirasinya tidak terletak pada subjek tapi ada pada lirik yang disampaikan oleh musik - musik yang kebanyakan membawa ideologi dan pesan terselubung yang akhirnya menjadi gaya hidup dan perlawanan terhadap apa yang sering kami sebut kemapanan,” ujar Thufail.
Thufail juga menduga beberapa dari kutipan lirik yang ada di dalam musik-musik underground saat ini, antitesis dunia tanpa agama, tanpa negara dan tanpa ideologi yang murni merupakan pesan Zionis. Dan aspek lainnya yang mencoba menggiring para pemuda Muslim untuk menjauh dari agama mereka melalui musik.
Sama halnya dengan Muhammad Hariadi Nasution yang juga dikenal dengan panggilan Ombat vokalis dari band kawakan TENGKORAK, juga mengutip pernyataan seorang peneliti yahudi bernama Jeremiah Walah, yang memang sangat concern melakukan penelitian terhadap watak dan psikologi masyarakat Indonesia. Jeremiah Walah justru mengatakan secara terbuka kepada Ombat bahwa untuk menghancurkan Indonesia tidak perlu menggunakan senjata, hancurkan saja para generasi mudanya. Melalui musik metal dan film porno.
Kalau kita menemukan anak metal lebih tersinggung ketika aliran metalnya dihina daripada agamanya, nah itulah bukti bahwa disini ada agenda zionis” kutipan pernyataan Ombat dari investigasi FPI di belakang panggung acara konser musik Approach Deen Avoid Sin di Bulungan pada tahun 2010.
Sejauh ini gerakan komunitas musik underground seperti GHURABBA MILITANT TAWHEED juga tidak sendirian, sebelumnya telah muncul pula beberapa komunitas lainnya, seperti Berandalan Puritan, One Finger Underground Movement yang digawangi Band Senior TENGKORAK yang beraliran musik Grindcore Metal, ada juga PUNK MUSLIM yang digawangi Almarhum Budi Choiruni alias Buce yang berkonsentrasi pada anak-anak punk di sekitaran Blok M, Pulogadung, dan Senayan, dan gerakan lainnya yang mulai bermunculan satu persatu sebagai perlawanan kultur Zionis dalam musik underground.
Komunitas Salam Satu Jari Bahkan lebih frontal mengubah salam metal yang identik dengan tiga jari menjadi salam tawheed satu jari yang bermakna satu jari lebih kepada ketauhidan. ”Inti dari Salam satu jari ini adalah untuk mengingatkan kita kepada simbol Tawheed” begitu penjelasan Madmor vokalis band Purgatory yang kami dapat disela sela dokumentasi wawancara mereka disebuah acara konser musik Java Rock In Land di Indonesia.
Menurut Thufail hanya dengan cara inilah mereka bisa menyadarkan kaum muda yang berkecimpung dalam dunia underground dari segala pengaruh buruk. Bila suara pemuka agama tidak lagi didengar, sudah saatnya mereka sendiri yang harus bergerak. ”Sebenarnya wadah underground ini hanya bagian dari strategi perang ideologi melalui musik menjadi wadah untuk melawan sekaligus membangun pertahanan kultur untuk menandingi perang budaya yang ingin menggeser generasi islam dari nilai nilai Islam itu sendiri,” tambahnya lagi.
Dalam kesempatan lain, perwakilan dari FPI Ustadz Tarmidzi, juga sudah menerima silahturahim dari perwakilan band – band senior dari komunitas Underground. Seperti Fahmi yang merupakan salah satu personel dari band Mortus.
Menurut pengakuan Fahmi sendiri, kehadiran dia juga mewakili komunitas studio Bendera Kuning yang didirikan oleh salah satu personel band Underground senior Betrayer. Fahmi sudah mendapatkan penjelasan langsung bahwa tidak ada rencana pembubaran Underground dari FPI.
Ustadz Tarmidzi menjelaskan bahwa semua itu hanyalah berita palsu dan tidak memiliki dasar yang kuat, mulai dari nama Budi Fahri Farid hingga Isu pembubaran dunia musik Underground adalah bohong.
“FPI tidak memerangi underground, yang FPI perangi adalah kemaksiatan. Dimana ada pornografi, alkoholik, dan ide ide liberalisme lainnya, maka FPI akan konsisten melakukan perlawanan minimal mensupport siapa saja yang melakukan perlawanan terhadap hal hal seperti itu, jadi isu FPI akan membubarkan Underground adalah berita bohong” ujarnya.
“Jika anda muslim maka anda tidak perlu takut terhadap gerakan dakwah ini” begitulah pernyataan Fahmi dari band Mortus diakhir dari silahturahim beliau yang disambut hangat oleh perwakilan FPI dan juga komunitas underground muslim.
Begitu juga halnya dengan Wasis Ws, Aktivis dakwah jalanan yang juga merupakan underground senior Jakarta mengingatkan bahwa semua civitas dunia underground lebih baik menanyakan langsung ke DPP FPI tentang fakta yang sebenarnya, daripada mengikuti alur bola salju yang di lemparkan oleh segelintir orang yang inti sebenarnya adalah mereka tidak ingin dakwah Islam masuk ke dunia underground.
Gue kenal Ombat, Thufail hingga Purgatory udah lama, bahkan senior metal seperti Irfan Rotor sembiring gue kenal. Dakwah underground ini sudah ada sejak zaman Rotor. Sekarang masalahnya apa yang dirintis oleh Irfan Rotor seperti gayung bersambut, kini banyak cucu-cucu dari band rotor malah semakin berani meneriakkan Islam, harusnya kita yang muslim bangga bukan justru menghalangi laju gerakan ini. Gue justru salut, dan civitas pengamen jalanan sangat mensupport kehadiran orang – orang seperti ini. Dulu gue jarang ngeliat pengajian di jalanan, tapi pas gue ketemu yang namanya Punk Muslim. Anak – anak jalanan justru bisa ngerasain belajar Al Qur’an di pinggir trotoar, di samping terminal sampai sholat isya berjamaah di sebuah acara underground” ujar Wasis.
Wasis juga menyakinkan bahwa isu pembubaran Undeground oleh FPI itu adalah berita fiktif dan tidak bertanggung jawab. Sama seperti yang dinyatakan oleh Luthfi ketua komunitas Punk Muslim generasi kedua setelah Almarhum Buce.
“Sebenarnya isu ini digulirkan di dunia maya, kita semua tahu bahwa dunia maya itu dunia fitnah. Anak – anak pengamen dan punkers disekitar pulo gadung hingga bogor justru banyak yang senang dengan kehadiran pengajian pengajian ke lingkungan mereka, di Blok M kami sering membuat acara buka puasa bersama hingga maulid, sepertinya semua senang dengan kehadiran Islam dan tidak ada masalah” ujar Lutfhi.
Kehadiran komunitas Punk Muslim, Ghurabba Militan Tawheed, Salam Satu Jari (One Finger Underground Movement), Berandalan Puritan dan lain sebagainya terbukti merupakan titik revolusi puncak dari perlawanan terhadap kultur kontra Islam didalam dunia musik underground. Namun setelah revolusi, tetap harus ada bab lanjutan dimana dakwah harus terus bermuara pada pembinaan – pembinaan keislaman. Dari situlah FPI menjadi tertarik untuk mengundang perwakilan dari dunia underground muslim ini untuk memaparkan secara singkat efek dari pergeseran budaya dan pemikiran yang terjadi karena musik musik barat yang masuk ke Indonesia.
Dan melalui sebuah film dokumenter berjudul Global Metal, kami memang melihat fakta yang jauh dari perkiraan kami, bahwasanya liberalisme, sekulerisme, atheisme, agnostik, pornografi, alkoholik dan budaya kebebasan yang berbeda dengan jati diri bangsa Indonesia justru banyak ditularkan melalui pergaulan hedonisme disebagian komunitas Underground ini.
Underground memang tidak sesat, namun setiap oknum dan pelaku penyebaran doktrinasi dari hal hal yang bertolak belakang dengan Islam tetap harus ditindak, minimal dibangun kontra kulturnya. Suatu hal yang mengagumkan kami menemukan banyak anak – anak dengan keterbatasan ilmu justru telah berani ‘memasang badan’ untuk melawan laju monster budaya yang merupakan bagian dari agenda zionis internasional ini.
Yang perlu diluruskan adalah FPI memang tidak akan pernah akan membubarkan underground. Jadi siapapapun yang mengatakan FPI akan membubarkan dunia musik underground adalah bohong. FPI hanya memerangi kemaksiatannya bukan komunitasnya. 

Selasa, 29 Maret 2011

I SEE STARS - YOUR LOVE

0 komentar
Josie's on a vacation far away
Come around and talk it over
So many things that I wanna say
You know I like my girls a little bit older
And I just wanna use your love tonight
Oh, and I don't wanna lose your love tonight

I ain't got many friends left to talk to
No one's around when I'm in trouble
You know I'd do anything for you
Stay the night but keep it undercover
And I just wanna use your love tonight (and I)
And I don't wanna lose your love tonight

Trying to stop my hands from shakin'
Somethin' in my mind's not makin' sense
It's been a while since we were all alone
And I can't hide the way I'm feelin'

Trying to stop my hands from shakin'
Somethin' in my mind's not makin' sense
It's been a while since we were all alone
And I can't hide the way I'm feelin'

As you leave me please would you close the door
and don't forget what I told ya
Just 'cause you're right doesn't mean I'm wrong
Another shoulder to cry upon
And I just wanna use your love tonight
Oh, and I don't wanna lose your love tonight

Yeah

I just wanna use your love tonight (and I)
And I don't wanna lose your love tonight
I just wanna use your love tonight (and I)
And I don't wanna lose your love tonight

I just wanna use your love tonight
Oh, and I don't wanna lose your love tonight
Yeah, I just wanna use your love tonight
(You know I'd do anything for you)
Oh, and I don't wanna lose your love tonight

FIRST MEDIA SIAP BLOKIR KONTEN PORNO

0 komentar
JAKARTA—Penyedia Jasa Internet (PJI), First Media, siap memblokir konten porno di internet sesuai arahan Kemenkominfo.
“Kami menggunakan DNS Nawala seperti anjuran pemerintah. Selain itu kita juga ada program pemasaran Fastnet Kids untuk anak-anak agar mendapatkan informasi intenet yang sehat,” ungkap   Corporate Sales Director First Media Dicky Moechtar di Jakarta, Rabu (11/8).
Melalui   program itu, First Media mengupayakan agar konsumsi situs porno bagi anak-anak diminimalisasi dengan memblokir situs-situs yang ada di negative list PJI asing atau laporan dari orang tua pelanggan Fastnet Kids.
Sementara itu, untuk memberikan layanan beresolusi tinggi bagi pelanggan televisi kabelnya, First Media   meluncurkan layanan aplikasi siaran televisi beresolusi tinggi (High Definition/HD) siaran HBO dan ESPN..
“Untuk tahap awal layanan ini menyasar kepada 30.000 pelanggan televisi kabel First Media. Layanan HD TV ini merupakan yang pertama di Indonesia,” kata Direktur Utama First Media Hengkie Liwanto.
Dijelaskannya,  untuk dapat mengakses siaran HBO HD dan ESPN HD tersebut, pelanggan harus menambah perangkat dekoder tambahan dengan berlangganan 100 ribu rupiah   per bulan.
Menurut Hengkie, TV definisi standar umumnya memiliki resolusi 480 pixel, mengacu pada 480 baris pixel dari atas ke bawah, sementara HD TV memiliki 720 hingga 1.080 baris pixel.
Komisaris First Media, Peter F Gontha, menjelaskan, teknologi HD TV merupakan perkembangan baru dalam siaran TV digital. Teknologi ini akan menjadi standar baru dalam industri televisi dunia.

SEJARAH MUSIK UNDERGROUND DI INDONESIA

0 komentar
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah
namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album
ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.
Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.
Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN’R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.
Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi `sekolah lama’, bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N’ Rhythm yang
mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.
Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga
mantan vokalis Rotor.
Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground
manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di “infiltrasi” oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA
Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas
Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).
Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses “membakar” Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah
label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band
seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius
Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album `The Head Sucker’. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.
Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering
terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.
Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul `It’s A Proud To Vomit Him’. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).
Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n’ paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover
penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet  www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan
sebagainya.
29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama “Underground Session” ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek
Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,
Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang `kenyang’ manggung di sana.
10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB’s Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C’mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,
Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling `netral’ dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen `menghabisi riwayat’ mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, “Puppen : Last Show Ever”, sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.
Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop

Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini
kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel `…Jang Doeloe’. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,
Parklife hingga Death Goes To The Disco.


Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel `Finally’ baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane’s Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.
Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel `Living Comfort In Anarchy’ via label indie Movement Records. Komunitas-
komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.
Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.

SEJARAH SMK NEGERI 1 JAKARTA

0 komentar
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jakarta adalah sekolah teknik yang tergolong paling tua diantara sekolah teknik yang ada di Jakarta. Menurut informasi para sesepuh, sekolah ini didirikan pada tahun 1906 oleh Belanda dengan nama "KONING KLIKE WILHELMINA SCHOOL" yang disingkat KWS. KWS tersebut didirikan belanda dengan tujuan mendidik siswa-sisiwa Belanda dan siswi pribumi pilihan yang dipersiapkan sebagai tenaga teknik dalam rangka membangun negara Hindia Belanda. Konon, banyak lulusan KWS yang berhasil pada masa itu. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan kekuasaan pemerintah diambil alih oleh putra bangsa Indonesia, maka pada tahun 1946 Koning Klike Wilhelma School (KWS) dirubah namanya menjadi Sekolah Teknik Menengah (STM).
Selama masa perjuangan gedung ini juga memanfaatkan oleh para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, antara lain :
  1. Pada tanggal 10 September 1945 di gedung sekolah ini berdiri Badan Keamanan Rakyat Bagian Laut yang merupakan cikal bakal TNI Angkatan Laut.
  2. Gedung ini pernah dipergunakan untuk Palang Merah Indonesia, guna untuk membantu para pejuang Republik Indonesia.
Pada masa penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, gedung ini juga dipergunakan untuk Markas besar Asian Games IV. Pada saat itu gedung sekolah sisi timur untuk belajar para siswa STM I, sedangkan gedung sekolah sisi barat Markas Besar Asian Games IV dan Ganefo I. Setelah selesai penyelenggaraan kegiatan Asian Games IV dan Ganefo I pada tahun 1966 seluruh gedung dikembalikan kepada STM I sampai sekarang.

Mengingat gedung ini mempunyai nilai sejarah dan termasuk salah satu gedung yang harus di lindungi serta setelah masuk dalam aset cagar budaya daerah gedung ini tidak akan mengalami perubahan bentuk.
Pada tanggal 10 September 1978 oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta, bapak Letjend. Tjokopranolo gedung ini diresmikan sebagai gedung perjuangan yang ditandai dengan penandatanganan Parasti. Hingga kini gedung ini masih tetap seperti pertama dibangun pada tahun 1906.
Sampai dengan tahun ajaran 2009-2010 Program Keahlian yang diselenggarakan SMK Negeri 1 Jakarta, membuka Program Keahlian :
  1. Teknik Bangunan
  2. Teknik Ketenagalistrikan
  3. Teknik Mesin
  4. Teknik Kendaraan Ringan
  5. Teknik Komputer dan Jaringan
 


THE LIGHT SHADOW OF LUNACY

0 komentar

Band kami berdiri pada pertengahan tahun 2007 sampai saat ini. Kami sempat berubah-ubah formasi didalam band ini hingga formasi tetap kami saat ini VICKIH MANGAP–SCREAM, AKI-GUITAR, UBAN-GUITAR, FIQI JACUB-BASS, SAE-KEYBOARD & PONI-DRUM. dan pada bulan febuary 2011 terjadi pergantiann personil diakibatkan FIQI JACUB tidak bisa melanjutkan di TLSOL jadi line up saat ini : AJEN - SCREAM , AKI - GUITAR, UBAN- GUITAR, MANGAP - BASS, SAE - KEYBOARD (semoga formasi ini terus dan tidak akan pecah pecah )Saat ini kami sedang dalam proses recording album. Doakan saja semoga cepat selesai. Amien

Album 2011 (coming soon)
1. Blue Lament
2. My Empire Heart Entering Your Second Sins
3. Milkshake Poison
4. Bachelorette, Hen and Girls Nite Out Party
5. T.L.S.O.L
6. Blooms Fashioned Up My Planet
7. Bloody Kids Tonight (B.K.T)
8. Baby Has Came
9. Yellow Underwear For Women Black Spectacles
10. Secret Of My Little Book
11. Another Love For The Liar
12. Bright Light Hopeless

WE READY TO SCREW YOU UP !!!

 Facebook :
http://www.facebook.com/profile.php?id=1...

 Twitter :
http://twitter.com/TLSOLband

Reverbnation :
http://www.reverbnation.com/tlsol

Myspace :
http://www.myspace.com/thelightshadowofl...

Official Lighters Facebook :
http://www.facebook.com/login/setashome.php?ref=genlogin#!/pages/LIGHTERS-GO-STRAIGHT/130405986969608?sk=info

 Official Lighters Twitter
http://twitter.com/Lightersfams