}

Sabtu, 26 Mei 2012

Eddy Merckx Legenda Giro D'Italia

0 komentar
Di dunia balap sepeda on road, nama Eddy Merckx tentu sangat dikenal. walau juga banyak pesepeda muda yang tidak mengetahui kemampuan dari Eddy Merckx.
Eddy Merckx saat di tahun 1973 (foto: wikipedia)eddy merckx, sepeda balap, giro d'italia, hall of fame giro d'italia, road bike, The Cannibal
Mampu meraih tropy juara pada ajang Giro d'Italia, saat masih berusia 22 tahun salah satu pencapaian fenomenalnya. Dengan beragam pencapaiannya dalam ajang balap sepeda sehingga mengantarkan Eddy Merckx meraih Hall of Fame.
Eddy Merckx dinobatkan menjadi Hall of Fame Giro d'Italiaeddy merckx, sepeda balap, giro d'italia, hall of fame giro d'italia, road bike, The Cannibal
Penghargaan tersebut tentu berdasarkan dari lima kali meraih Giro d'Italia dan berhasil meraih juara stage sebanyak 24 dalam masa karirnya. Namun masih banyak sederet kemenangan yang diraih Eddy seperti tiga kali meraih medali emaas pada World Championship.
Eddy Merckx saat mengikuti Giro d'Italia 1976eddy merckx, sepeda balap, giro d'italia, hall of fame giro d'italia, road bike, The Cannibal
Nama Lengkap: Edouard Louis Joseph Merckx
Julukan: The Cannibal
Lahir: 17 June 1945 (age 66)
Asal: Meensel-Kiezegem, Belgium

Tour de France


        General Classification (1969, 1970, 1971, 1972, 1974)
        Points Classification (1969, 1971, 1972)
        Mountain Classification (1969, 1970)
        Combativity award (1969, 1970, 1974, 1975)
        Combination Classification (1969, 1970, 1971, 1972, 1974)
        34 Individual Stages (1969–1975)

Giro d'Italia

        General Classification (1968, 1970, 1972, 1973, 1974)
        Points Classification (1968, 1973)
        Mountain Classification (1968)
        24 Individual Stages (1968–1974)
Vuelta a España

        General Classification (1973)
        Points Classification (1973)
        Combination Classification (1973)
        6 Individual Stages

Stage Races

    Paris–Nice

        General classification (1969, 1970, 1971)

Tour de Suisse

        General classification (1974)

Single-Day Races and Classics

    Road Race World Championships (1967, 1971, 1974)
    Belgian National Road Race Championship (1970)
    Milan – San Remo (1966, 1967, 1969, 1971, 1972, 1975, 1976)
    Ronde van Vlaanderen (1969, 1975)
    Paris–Roubaix (1968, 1970, 1973)
    Liège–Bastogne–Liège (1969, 1971, 1972, 1973, 1975)
    Giro di Lombardia (1971, 1972)
    Super Prestige Pernod International (1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1975)
World Championships
Gold     1967 Heerlen     Professional road race
Gold     1971 Mendrisio     Professional road race
Gold     1974 Montréal     Professional road race

Sepeda Lipat Jadi Menjadi Bagian Sejarah

0 komentar
Folding bike atau sepeda lipat yang juga di sebut seli memang memiliki kelebihan tersendiri bagi penggunanya. Bahkan sempat digunakan untuk transportasi tentara yang berperang ketika harus menjangkau daerah-daerah pelosok. Mudah untuk di bawa kemanapun karena ringkas sehingga dapat dipadukan untuk moda transportasi.
Pasukan invanteri sepeda atau Bersaglieri asal Italia dalam perang dunia pertama (sumber foto:wikipedia.org)sepeda lipat, seli, folding bike, Bersaglieri, invanteri bersepeda, sepeda, William Grout
Sebagian orang mengkombinasikan sepeda lipat dengan transportasi lainnya seperti kereta api, bus atau kendaraan umum lainnya. Hal tersebut tentu membuka peluang untuk produsen sepeda seli untuk menciptakan berbagai inovasi hingga saat ini.
Walau ada yang meyakini sebenarnya sepeda lipat ditemukan oleh William Grout asal Inggris pada tahun 1878 dengan temuan roda depan dapat dilipat dan rangka bisa dibongkar sehingga dikenal dengan sepeda 'portable'.
Sepeda lipat menjadi modal transportasi tentara karena harus menjangkau daerah terpencilsepeda lipat, seli, folding bike, Bersaglieri, invanteri bersepeda, sepeda, William Grout
Namun sebenarnya sepeda lipat dimulai dari kebutuhan militer akan sepeda pada tahun 1890, sehingga tentara Prancis menggunakan sepeda lipat dalam infanteri sepeda atau 'Bersaglieri'. Sepuluh tahun kemudian, Mikael Pedersen mengembangkan sepeda lipat untuk tentara Inggris yang menggunakan ban 24" dengan berat 15 pound  , termasuk tempat senapan dan telah digunakan dalam perang 'Boer' kedua.
Selanjutnya pada perang dunia II, 'The British VVVVII Airbone telang menggunakan sepeda lipat sejak 1939-1945. Perkembangan sepeda lipat mengalami beberapa penyesuaian seperti ukuran yang menjadi lebih kecil sehingga dapat dibawa saat terjun payung. Hal tersebut terbukti dengan digunakannya sepeda lipat oleh pasukan terjun payung dalam D-Day Landing dn pertempuran Arnhem. Sepeda lipat tersebut dapat dilipat pada bagian frame, handlebar dan pedal.
Sepeda lipat hasil temuan William Groutsepeda lipat, seli, folding bike, Bersaglieri, invanteri bersepeda, sepeda, William Grout
Sedangkan di Indonesia, sepeda lipat mulai marak digunakan mulai tahun 2000-an. Berbagai komunitas seli mulai bermunculan. Sepeda lipat sendiri memiliki tiga dasar saat melipat yaitu lipat setengah (half atau middle fold), lipat segitiga (triangle hinge), dan lipat variasi. Tetapi perkembangan zaman membuat produsen dapat menciptakan aneka cara atau bagian yang dapat dilipat.

Sumber foto: wikipedia.org

Sabtu, 28 April 2012

PEMILIHAN RASIO GIGI FIXED GEAR

0 komentar
Banyak Temans bertanya tentang Rasio Gear yang cocok buat sepedanya baik melalui PM di FB atau di Wall. Kali ini Gw akan membahas tentang salah satu hal yang paling penting tentang sepeda  track: GEAR dan Rasionya

Perbedaan terbesar antara Track dan Balap di Jalanan adalah sikap  dan penggunaan terhadap rasio gigi. Gearing di Road gak perlu banyak mikir, kecuali mungkin untuk junior yang harus mematuhi pembatasan gigi oleh pelatiihnya. Pada waktu tertentu, gw sendiri kalau coba  gowes road gak tahu sedang pakai gigi berapa,  Sebaliknya, di trek, roda gigi adalah masalah yang pasti, dan gigi yang dipilih secara khusus untuk setiap gowes.

Sebagai catatan pembuka, pembalap track selalu berbicara dalam inci gigi - bukan berapa jumlah gigi gearnya. Ini jauh lebih tepat dan terus terang lebih mudah untuk dijelaskan. Sebuah roadie di track mudah untuk melihat dan merasakan jika kita memakai cara mengukur pakai inci.

Jika Lo akan masuk ke lintasan balap, ada baiknya belajar dan berpikir tentang gigi dalam hal inci. Untuk membantu melakukan itu, Gw akan mengacu pada kedua sistem di bawah ini.
Pembalap Track selalu menggunakan parts yang jauh lebih sedikit dibanding Road (dan karena itu, pedal pada irama yang lebih tinggi) daripada goweser Road.


Contohnya , Jika Lo sprint di jalan, pakai rasio 53 x 11 (126”) atau 53, x 12 (116") Lo akan punya top speed 60km/jam (37mph), irama-nya akan max keluar pada 100 rpm untuk rasio 53 x 11), atau 109 rpm untuk  53 x 12.
Sebagai perbandingan, pembalap trek elit di 60km/jam tidak akan pernah menggunakan gigi yang lebih besar dari 50 x 14 (94 "), dan lebih mungkin akan gowes pakai 49 x14 (92") atau 51 x 15 (90 "). Jadi, pada 60km/jam, irama mereka adalah antara 134rpms (50 x 14) dan 141rpms (51 x 15). Di jalanan, untuk balapan oleh pembalap top dunia – misalnya di, Kejuaraan Dunia Poin Race - pembalap top dunia akan melakukan seluruh balapan di gigi hanya sedikit lebih kecil dari 53 x 15....percaya gak?
Seorang pembalap road tidak akan pernah membatasi diri ke maksimum 53 x 15 - tetapi itulah yang pembalap track lakukan.
Perbedaan nyata antara Road dan lintasan balap track (velodrome) paling baik dipahami ketika Lo menyadari bahwa pembalap track harus melakukan sprint di 140rpms. Karena balapan track elit umumnya berlangsung pada 50 – 55 Km/jam (31 - 34mph) dalam waktu lama, pembalap trek mempertahankan 120 - 130rpms di banyak balapan, dan kemudian mempercepat untuk 140rpms lebih ketika sprint. Gowes 140rpm untuk sprint sulit, buat kita amtiran – lo mungkin juga bisa tapi mempertahankan 120 sampai 130rpm untuk perlombaan lama (Criterium di Jalanan, misalnya) dan kemudian genjot dengan rpm140 +  di sprint sulit dilakukan- dibutuhkan beberapa pelatihan.
Jadi – kita paham, ketika mereka mulai di track,  gak akan mungkin salah pilih gear, dan kenapa mereka kebanyakan memilih gigi besar (misalnya, 51 x 14 (95,5 "). Itulah yang  mereka lakukan.


Jadi, mengapa pembalap track menggunakan gigi kecil seperti itu (bukan 12/11T) ? Mungkin ada penjelasan lain di luar apa yang akan gw tulis ini. Gw bukan pembalap. Tapi gw akan menjelaskan tentang dengan hanya satu gigi, Kita akan mengoptimalkan rasio yang untuk saat-saat paling kritis dalam lomba. Namun momen paling penting dalam perlombaan tidak hanya sprint, tapi  percepatan juga penting. Masalah gowes sepeda track relatif  adalah bahwa hal itu seberapa Lo lebih cepat berakselerasi, Bukan?.
Jadi, dalam hal sederhana, Lo harus pakai gigi yang bisa melakukan dua hal: efisien untuk dapetin percepatan berulang kali dari 40 sampai 50kph, dan juga membuat Lo geber sampai hingga 55 - 60km/jam untuk sprint. Dalam sebuah gigi 92 "(49 x 14), sampai kecepatan 40kph (25mph), putaran kaki Lo akan berubah jadi 91rpm. Ketika ada percepatan hingga 50kph, Lo akan perlu untuk menghasilkan di 114rpm. Untuk mempercepat lagi hingga 60kph, Lo akan puter tuh betis Lol sampai 137rpm…..bisa gak?
Ini percepatan lebih mudah dilakukan di gigi chainring lebih kecil dari pada yang lebih besar. Seorang gowesr FG yang benar dapat memilih 53 x 14 (99 ") untuk perlombaan jalan datar seperti di Jakarta dimana kecepatan berkisar dari 40 sampai 60Km/jam. Tentu aja, untuk sprint 60kph, gigi yang akan muter sampai 126rpm. Tetapi pada 40km/jam atau disebut 99 " akan berputar di 84rpms, dan pada 35Km/jam (22mph) gigi benar-benar akan berada dalam gerakan lambat di 73rpm.
Sekarang, Gw pikir analisis ini gak akan sepenuhnya memuaskan, terutama untuk roadies yang belum mencoba track. Gw gak akan mengklaim bahwa ini adalah seluruh cerita - ada penjelasan pasti lebih dan lebih baik mengapa pembalap Track berpengalaman semua menggunakan roda gigi kecil daripada pembalap road lakukan. Faktor lain mungkin termasuk fakta bahwa tidak ada freewheeling - seperti penggowes sepeda FG yang gak bisa beristirahat kaki mereka sama sekali. Atau fakta bahwa lebih sulit untuk keluar dari sadel di track, terutama di sudut-sudut tajam velodrome yang miring, dengan berdiri dan menggunakan berat tubuh Lo untuk leverage...... ini tidak mudah dilakukan.
Dalam hal apapun, faktanya tetap bahwa pembalap track semua pasti menggunakan roda gigi yang lebih kecil..

Jadi, apa yang terlihat di rasio gigi Track seperti dalam praktek? Tabel di bawah menunjukkan pilihan khas chainrings dan roda bahwa pembalap trek akan bertahan di rasio gigi dengan ban 700X23 ( gw selalu pakai 700X19 di jalanan JKT, baik2 saja LOL), Sebagai perbandingan mudah untuk roda gigi Road.
Gw masukin gigi di chainring 53 di kolom paling kanan, meskipun 53 akan menjadi tidak biasa (chainring road ada yang 53), chainring 53 jarang di sepeda track.

(LIHAT GAMBAR)

COG yang benar-benar dapat digunakan dalam balapan track yang diarsir abu-abu. Kombinasi rasio yang lain di luar arsiran abu2 untuk pemanasan. Gigi terbesar ditampilkan di sini (96 ") = 51 x 14) kemungkinan akan hanya digunakan untuk Keirin atau acara lain yang tidak biasa seperti time trial 200 meter, dimana jarang digunakan untuk start balapan Track.
Jadi, jawaban singkat untuk membandingkan bagaimana Track dan Gigi Road adalah bahwa pembalap trek umumnya menggunakan sesuatu yang kira-kira setara dengan 53 x 15. Mereka hampir tidak pernah menggunakan sebesar 53 x 14, dan sesekali akan turun ke 53 x 16 - tapi itu akan menjadi batas paling "enteng" untuk pembalap trek.
Untuk sedikit lebih detail tentang hal ini- Gw bertanya kepada seorang pelatih sepeda track elit untuk membahas pendekatan untuk gearing dalam balapan yang berbeda. Jawabannya begitu menyeluruh dan bermanfaat yang Gw hanya mereproduksi di tulisan ini.

Berikut adalah cara mereka biasanya pilih untuk balapan:

Scratch: 48 × 14 [90 "]

Match Sprint : 51 × 15 [89 "] (Ini yang Gw paling suka untuk dijalanan akselerasi sedikit lebih)

Team Sprint:

51 × 15 [89 "] (starter).

48 × 14 [90 "] (kedua).

52 × 15 [91 "] (jangkar).

Chariot: 51 × 15 [89 "] atau 48 × 14 [90"], tergantung perasaan….hehe.

Point: 51 × 15 [89 "] biasanya, kadang-kadang 48 × 14 [90"] .

Madison: 51 × 15 [89 "] .
Gw kemarin jual full bike Eddy Merckx Track ke seorang pemula dengan Gigi  49 × 14 [91,8 "], dan katanya cocok…sebelumnya pakai 17 katanya “ngicik”

Ini contoh catatan seorang pembalap kenamaan yang  mau balapan antara 150 dan 200 meter :

Pakai 49 × 15 [85,7 "] atau 52 × 16 [85,2"] ( hampir setara). 49 × 15 [85,7”0 kedengarannya seperti gigi kecil, tetapi bener2 bisa sprint.Katanya> Kami secara teratur akan mendapatkan pertengahan balapan kami sprint ke kisaran 64-65 km / jam, dan finish terkadang Crest 66-67 km / jam. [Catatan: di gigi 85,7 ", 66Km/jam membutuhkan 161rpm.]
Kecepatan tertinggi pembalap top hampir 69 km / jam di belakang motor, dalam 48 × 15! [Itu lebih dari yang 170rpm.] Jadi kita gak perlu roda gigi besar untuk benar-benar terbang, Yang terbesar yang Gw pernah denger mungkin pursuiters adalah 51 - 52 × 14 .

Karena hal ini berkaitan dengan topik ini, terutama bagaimana Lo melatih di jalan jika bagian dari tujuan Lo adalah untuk membalap dengan baik di track, ini catatan catatan tentang gigi para pesepeda Road pada umumnya.

12T atau 11T banyak jarang di pasaran. Eddy Merckx memenangkan balapannya dengan gigi 53 x 13 [107 "] ini  adalah bahwa setiap roadie amatir yang mengaku menggunakan 12T atau11T adalah pemborosan tenaga.
Rasio 53 x 12 jika lo puter 90rpm  akan mencapai 50kmh (31mph). Roadies amatir di jalan datar tidak lebih cepat dari ini, dan terus terang, jauh lebih lambat.

Catatan: 1/2 Pembalap Road perlu waktu 55 menit untuk 40km ini rata-rata 43.6Km/jam (27.1mph) – kalau pakai 53 x 12 mencapai 79rpm, ini 53 x 13 adalah terlalu besar (irama rata-rata 85 s rpm). Dia harus pakai 14T dan 15T , Jelas!!!>>> 11T, atau dari chainrings lebih besar dari 53T, tidak ada gunanya.
Lance Armstrong gowes  100 dan 110 rpm dengan beberapa keberhasilan.Dia jarang pakai  11T atau bahkan 12T nya, tidak ada cukup alasan untuk membiarkan penurunan irama jauh di bawah 90rpm. Ternyata tua Eddy Merckx itu pernah pakai 52 x 13, pada 64kmh (40mph), sebuah 52 x 13 sudah berubah jadi 128rpm. Ini adalah tentang irama yang tepat untuk Road, dan itu sepenuhnya 30rpm kurang dari pengendara Track, jadi berubah selama percepatan. Paling2, sprint Road paling pro max keluar pada atau di bawah kecepatan ini.
Tapi yang lebih penting lagi, pelatihan pada sekelompok gigi yang memiliki roda gigi tinggi akan pindah gigi rendah mana harus - di 100rpms atau lebih tinggi.
KESIMPULAN: memang kita masih gowes di luar Velodrome...tapi ini sebenarnya tulisan buat balap disana, jadi temans pilih aja yg dirasa cocok untuk dijalan ( ada faktor rem jika pakai dan skid jika Lo tahu seberapa kuat).....gw sendiri masih suka pakai 51/15 untuk di jakarta.....dan untuk nyantai)
SEMOGA BERGUNA DAN NICE WEEKEND TEMANS . source by ikpnFG